Pendahuluan
Latar Belakang
Perkembangan
teknologi informasi saat ini sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan
masyarakat terhadap informasi. Bahkan bagi beberapa kalangan, informasi telah
menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Informasi dapat dijadikan sebagai
dasar untuk mengambil keputusan yang tepat[1]. Selain itu, informasi
juga dapat memperkaya pengetahuan seseorang mengenai hal yang dipelajarinya.
Perkembangan teknologi informasi telah membawa masyarakat
menuju ke era kebebasan informasi, era di mana informasi dapat diakses oleh
siapa saja dengan menggunakan berbagai media yang ada. Arus informasi yang
deras menyebabkan hilangnya sekat antar daerah atau negara. Peristiwa mengenai
bencana alam di suatu negara, misalnya, dapat segera diketahui oleh negara lain
dengan mudah berkat adanya media informasi.
Salah satu media informasi yang sering digunakan adalah
internet. Indonesia sendiri berada di peringkat ke-8 negara pengguna internet
terbanyak di dunia pada tahun 2014 dengan jumlah mencapai 82 juta orang dan 80
persen di antaranya adalah remaja berusia 15-19 tahun[2]. Kalangan
remaja banyak menggunakan internet untuk mencari informasi yang berkaitan
dengan tugas-tugas sekolah, berkomunikasi dengan teman, hingga mencari hiburan
yang diinginkan.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi
informasi bagaikan dua mata pisau. Selain memiliki manfaat yang signifikan,
internet juga memiliki dampak negatif, khususnya bagi kalangan remaja.
Pornografi, penipuan, dan cyber bullying adalah beberapa contoh efek
negatif dari penggunaan internet. Semua permasalahan tersebut harus segera
ditangani secara serius, sebab dikhawatirkan dapat mempengaruhi perilaku remaja
yang cenderung masih labil.
Untuk meminimalisir dampak negatif di atas, salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan karakter yang
berbasis budaya kepada kalangan remaja. Generasi muda saat ini merupakan
tonggak penerus dan cerminan bangsa, sehingga ke depannya diharapkan dapat
menyikapi perkembangan teknologi informasi dengan bijak.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter berbasis
budaya dan bagaimana cara mengimplementasikannya ke generasi muda Indonesia.
Isi
Pendidikan
Karakter
Pendidikan karakter
berasal dari gabungan dua kata, pendidikan dan karakter. Pendidikan adalah
proses memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang
dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau
penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi
dapat juga terjadi secara otodidak[3]. Pendidikan juga dapat
diartikan sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri individu dan
masyarakat sehingga menjadi beradab[4]. Pada lingkup nasional,
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab[5].
Istilah karakter berasal
dari kata dalam bahasa Yunani Kuno charaktêr, yang berarti suatu tanda yang
diukir di atas koin[6]. Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan,
akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya[7].
Karakter juga didefinisikan sebagai sikap, tabiat, akhlak, dan kepribadian yang
stabil sebagai hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis[8].
Adapun definisi
pendidikan karakter menurut para ahli, di antaranya adalah sebagai upaya yang
sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan
landasan nilai-nilai etis. Ada tiga unsur pokok dalam pendidikan karakter,
yaitu mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan, dan melakukan kebaikan[9].
Selain itu, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai tempat bagi individu
untuk dapat menghayati nilai-nilai yang dianggap layak diperjuangkan, baik, dan
luhur secara bebas sebagai pedoman bertingkah laku bagi kehidupan pribadi
terhadap diri sendiri, sesama, maupun Tuhan[10].
Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai pendidikan
karakter di atas, maka secara sederhana dapat diartikan bahwa pendidikan
karakter adalah upaya untuk membentuk sikap, akhlak, atau kepribadian yang
beradab melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian ke dalam diri individu
dan masyarakat. Pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan,
karena budaya sendiri merupakan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan
cenderung sukar diubah. Budaya adalah cara hidup, terutama kebiasaan dan
kepercayaan umum, dari sekelompok orang pada waktu tertentu[11].
Dengan demikian, pendidikan karakter berbasis budaya adalah upaya untuk
membentuk sikap, akhlak, atau kepribadian yang beradab melalui pendidikan yang
menerapkan metode internalisasi kebudayaan atau cara hidup yang telah menjadi
kebiasaan bagi suatu individu atau masyarakat.
Dampak
Negatif Penggunaan Internet
Pada bagian pendahuluan telah sedikit dipaparkan mengenai
dampak negatif penggunaan internet. Pornografi, penipuan, dan cyber
bullying merupakan beberapa masalah yang sering muncul dan menimpa kalangan
remaja.
a. Pornografi
Tingkat pornografi di Indonesia sudah memasuki keadaan
darurat. Komisi Nasional Perlindungan Anak menyatakan pada tahun 2013 sekitar
97 persen dari 4.500 anak usia remaja terpapar pornografi[12]. Internet memang
memudahkan seseorang untuk mengakses konten pornografi secara bebas dan di mana
saja. Hal ini menimbulkan terjadinya banyak kasus pelecehan seksual yang
dilakukan oleh para remaja, seperti pemerkosaan terhadap sesama remaja yang
lain bahkan anak kecil.
b. Penipuan
Media sosial adalah salah satu sarana yang paling sering
digunakan dalam kasus penipuan. Adanya dunia maya memungkinkan seseorang untuk
menyamar menjadi orang lain. Beberapa contoh kasus penipuan yang dilakukan para
remaja di media sosial, misalnya menggunakan akun palsu untuk mendapatkan uang
dari teman yang baru dikenalnya, bahkan untuk mencari target pelampiasan
seksual.
c.
Cyber Bullying
Bullying dalam
bahasa Indonesia berarti mengintimidasi atau mengganggu orang yang yang
dianggap lemah, baik secara verbal maupun fisik. Pada umumnya, bullying
dilakukan jika bertemu dengan target. Namun, dengan adanya internet, tindakan bullying
dapat dilakukan tanpa harus bertemu satu sama lain.
Tindakan bullying tersebut
dinamakan cyber bullying. Cyber bullying adalah suatu tindakan
yang bermaksud untuk melecehkan dan menyakiti seseorang melalui dunia maya,
seperti menulis komentar bernada tidak sopan di media sosial, menyebarluaskan
gambar telanjang seseorang, dan lain-lain[13]. Di Indonesia, kasus cyber
bullying sendiri kurang familiar di masyarakat karena para korban jarang
menceritakan masalah tersebut ke orang tua atau keluarga yang masih awam
mengenai media sosial. Namun, jika hal ini dibiarkan berlarut, maka akan dapat
menyebabkan hancurnya psikologis seseorang, terutama remaja yang kondisi
kejiwaannya masih labil, sehingga dapat menyebabkan terjadinya perbuatan yang
tidak diinginkan, seperti bunuh diri akibat malu.
Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Budaya
Berdasarkan permasalahan
di atas, pendidikan karakter berbasis budaya sangatlah penting untuk dikenalkan
kepada generasi muda. Orang tua, guru, dan pihak terkait yang peduli terhadap
isu remaja menjadi oknum-oknum yang bertanggung jawab terhadap pengenalan
pendidikan karakter berbasis budaya ini.
Orang tua adalah
pemegang peranan penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Apabila orang
tua dapat menunjukkan contoh yang baik, maka dapat dipastikan anak tersebut
tumbuh dengan karakter yang baik pula dan sebaliknya.
Guru pun tidak kalah
memegang peranan penting dalam pembentukan karakter anak didiknya. Keberhasilan
pendidikan bergantung pada mediator pendidikan paling utama yang tidak lain
adalah guru. Guru pada dasarnya menjadi faktor penentu kesuksesan setiap usaha
pendidikan. Setiap perbincangan mengenai pembaruan kurikulum, pengadaan
alat-alat belajar, sampai output dari usaha pendidikan selalu mengarah kepada
guru[14].
Adapun pihak terkait
yang peduli terhadap isu remaja dapat mengenalkan bagaimana konsep pendidikan
karakter berbasis budaya terhadap generasi muda. Hal kecil yang dapat dilakukan
yaitu dengan memberikan penyuluhan bagaimana cara menggunakan internet dengan
baik dan benar sembari mengenalkan kebudayaan setempat yang sesuai dengan tujuan
pendidikan karakter yang ingin diperkenalkan.
Dengan demikian, apabila ketiga oknum di atas dapat
menjalankan perannya dalam mengenalkan pendidikan karakter berbasis budaya
seoptimal mungkin, maka bukanlah hal yang mustahil untuk membangun generasi emas
di Indonesia yang mampu menyikapi perkembangan teknologi informasi dan
menggunakannya sebagai alat untuk mengembangkan diri.
Penutup
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas
adalah :
1. Pendidikan karakter
berbasis budaya adalah upaya untuk membentuk sikap, akhlak, atau kepribadian
yang beradab melalui pendidikan yang menerapkan metode internalisasi kebudayaan
atau cara hidup yang telah menjadi kebiasaan bagi suatu individu atau
masyarakat.
2. Pendidikan karakter
berbasis budaya sangat penting untuk diimplementasikan ke generasi muda melalui
peranan orang tua, guru, dan pihak-pihak terkait yang peduli dengan isu remaja.
Daftar Pustaka:
[1] Bodnar, George H.
dan William S. Hopwood. 2000. Sistem Informasi Akuntansi Jilid Satu (terjemahan
Amir Abadi Yusuf dan Rudi M. Tambunan). Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
[2] Kominfo. 2014.
Kemkominfo : Pengguna Internet di Indonesia Capai 82 Juta.
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3980/Kemkominfo%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+Capai+82+Juta/0/berita_satker.
Diakses pada tanggal 27 Maret 2016.
[3] Dewey, John. 1994.
Democrasy and Education. California : The Free Press.
[4] Albertus, Doni
Koesoema. 2007. Pendidikan Karakter : Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern.
Jakarta : PT. Grasindo.
[5] Republik
Indonesia. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Sekretariat
Negara.
[6] Timpe, Kevin.
2007. Moral Character. http://www.iep.utm.edu/moral-ch/. Diakses pada tanggal
27 Maret 2016.
[7] Anonim. 2008.
Karakter. http://kbbi.web.id/karakter.Diakses pada tanggal 28 Maret 2016.
[8] Majid, Abdul, dan
Dian Andayani. 2010. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Bandung :
Insan Cita Utama.
[9] Lickona, Thomas.
1992. Educating For Character : How Our School Can Teach Respect and
Responsibility. New York : Bantam Books.
[10] Albertus, Doni
Koesoema. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta : PT. Grasindo.
[11] Anonim. 2015.
Meaning of Culture. Cambridge English Dictionary.
[12] Anonim. 2013. 97
Persen Remaja Pernah Nonton Video Porno.
http://m.tempo.co/read/news/2013/11/08/173527978/97-persen-remaja-pernah-nonton-video-porno.
Diakses pada tanggal 28 Maret 2016.
[13] Anonim. 2016.
Cyber Bullying Law & Legal Definition.
http://definitions.uslegal.com/c/cyber-bullying/.Diakses pada tanggal 28 Maret
2016.
[14] Syah, Muhibbin.
1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar