Tuhan memberikan karunia terbesar pada manusia berupa kehidupan. Tiap orang memiliki caranya masing-masing dalam menjalani kehidupan dengan berbagai macam target, mulai dari menjadi pengusaha sukses, penulis terkenal, atau politisi berpengaruh.
Jumat, 31 Agustus 2018
Jumat, 06 Juli 2018
Menjelajah Kemegahan Eropa Barat Bersama Cheria Halal Holiday
Saat
ini, hampir semua mata di segala penjuru dunia tertuju pada ajang sepakbola terakbar,
Piala Dunia 2018. Piala Dunia 2018 telah memasuki babak perempat final. Tim-tim
langganan juara seperti Brasil dan Uruguay menjadi favorit jawara tahun ini.
Adapun negara-negara lain seperti Perancis, Inggris, dan Belgia juga masuk
dalam perhitungan kans untuk juara.
Perancis,
Inggris, dan Belgia merupakan negara-negara Eropa bagian barat. Selain karena
kehebatan tim nasional sepakbolanya, ketiga negara tersebut juga terkenal
karena adanya berbagai macam destinasi wisata yang menyuguhkan kemegahan ala
Eropa. Sebut saja katedral Notre Dame di Paris, Big Ben di London, dan Atomium
di Brussels. Jika salah satu dari ketiga negara tersebut menjadi jawara Piala
Dunia 2018, maka sungguh merupakan suatu pengalaman yang tak dapat terlupakan ketika
dapat mengunjunginya. Jika tidak, destinasi-destinasi wisata yang ada tetap menjadi
favorit untuk dikunjungi.
Perjalanan
ke Eropa membutuhkan biaya
yang tidak
sedikit. Walaupun demikian,
kita tetap dapat melancong ke sana dengan harga yang
cukup terjangkau berkat paket
tur dari Cheria Halal Holiday. Cheria Halal Holiday sendiri merupakan
perusahaan travel wisata halal yang didirikan pada tahun 2012 oleh para professional
berkualitas di bidang industri pariwisata dan marketing. Para profesional ini
berpengalaman lebih dari sekian tahun. Layanan yang diberikan
komprehensif bagi individual
atau grup yang hendak berwisata baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, layanan
dari Cheria Halal Holiday sangat memanjakan wisatawan muslim karena maraknya
tour wisata muslim di berbagai tempat,
khususnya di Eropa Barat.
Oleh
karena itu, Cheria Halal Holiday menawarkan Paket Tour Halal Eropa Barat dengan
empat pilihan waktu keberangkatan pada tahun ini, yaitu tanggal 11 Agustus, 8
September, 19 Oktober, dan 16 November. Kota-kota yang akan dikunjungi adalah Milan,
Lucerne, Zurich, Frankfurt, Brussels, dan Paris. Biaya untuk mengikuti tur ini
sebesar 1546 USD atau sekitar 22.250.000 IDR meliputi tiket internasional maskapai
Qatar Airways, akomodasi hotel bintang empat (twin sharing), transportasi bus dilengkapi dengan AC, pemandu tur
muslim yang berpengalaman, serta asuransi perjalanan. Adapun untuk pengurusan visa ke Perancis (proses
normal 7-14 hari), pajak bandara internasional, fuel surcharge, tipping
untuk pemandu tur dan supir, masuk ke lantai 2 menara Eiffel,
laundry, telepon, internet, minibar, dan biaya porter (hotel, bandara,
atau transportasi lain) ditanggung oleh peserta tur.
Paket Tour Halal Eropa Barat berlangsung selama sepuluh hari. Rombongan akan berkumpul di
bandara Soekarno-Hatta untuk terbang ke Milan melalui Doha pada hari pertama. Setibanya
di Milan, rombongan akan
mengunjungi Kastil Sforza, Patung Da Vinci, Teater La Scala, dan Katedral Milan
yang merupakan maskot kota bernuansa gotik. Setelah itu, rombongan akan
berkunjung ke masjid
di Milan dilanjutkan dengan acara bebas di Galeri Vittorio Emanuele II yang merupakan salah satu pusat
perbelanjaan tertua di dunia.Pada hari ketiga, rombongan akan menuju Engelberg
di Swiss untuk menikmati
pemandangan Gunung Titlis. Transportasi yang digunakan untuk mencapai gunung adalah Cable Car yang dapat berputar 360
derajat sehingga rombongan dapat
melihat pemandangan memukau dari segala penjuru arah dan menikmati salju abadi
di atas ketinggian lebih dari 3000 m di atas permukaan laut. Rombongan lalu melanjutkan
perjalanan ke Lucerne untuk berbelanja jam tangan bermerek di Toko Bucherer.
Hari berikutnya, rombongan menuju ke Zurich dan kembali lagi ke Lucerne untuk
tur kota dan membeli
barang-barang bermerek dengan harga pabrikan di toko Drubba. Negara yang
menjadi tujuan berikutnya pada hari kelima adalah Jerman.
Rombongan akan mengunjungi Old
City, Katedral Frankfurt, Eschenheimer Turm, Goethe House, dan Romeberg Square
di Frankfurt. Kemudian, rombongan akan menuju ke bangunan ikonik bergaya gotik
di Cologne, yaitu Katedral Cologne, Gereja Romanesque of Great St. Martin, dan
City Hall. Rombongan juga berkesempatan untuk membeli buah tangan
khas setempat dan
mengunjungi Masjid Central Cologne.
Pada hari keenam,
rombongan akan
menghabiskan waktu seharian
di Amsterdam dengan mengunjungi desa wisata Zaanse Schans untuk melihat cara pembuatan kelom dan keju
khas Belanda serta berfoto dengan latar belakang
Holland Windmills. Desa
yang menjadi tujuan
berikutnya adalah desa nelayan Volendam yang terkenal dengan pakaian
tradisional nelayannya dan suvenir murah di toko Tobben. Setelah makan siang,
rombongan akan menyusuri kanal-kanal untuk berkunjung ke tempat pengasahan
berlian, yaitu Gassan Diamond. Rombongan juga akan melewati Dam Square,
Royal Palace, National Monument, dan Central Station.
Kemudian, rombongan bergerak menuju ke Brussels pada hari
berikutnya. Setibanya di Brussels, rombongan akan berkunjung ke Atomium, Grote
Markt, Mannekin Pis, Old Town, dan Royal Palace. Rombongan juga akan berbelanja
oleh-oleh khas Belgia, yaitu Home Made Belgian
Chocolate dan Belgian Waffle.
Pada hari kedelapan, rombongan akan berada di Paris,
kota mode dunia. Tempat-tempat ikonik seperti Place de La Concorde, Champs
Elysees, Museum Louvre, Arc du Triomphe, Menara Eiffel, Les Invaldes,
Trocadero, dan Katedral Notre Dame menjadi daftar wajib rombongan untuk
dikunjungi selama berada di sana. Rombongan lalu mengunjungi Grand Mosque Paris
dan berbelanja di Toko Benelux Duty Free Shop dan Galeri
Lafayette. Hari berikutnya,
rombongan akan memiliki acara tambahan berupa pesiar dengan cruise mengelilingi Sungai Seine yang dirangkaikan dengan acara
bebas sebelum penerbangan kembali ke tanah air.
Demikianlah
agenda dari Paket Tour Halal Eropa Barat bersama Cheria Halal Holiday. Sangat menarik, bukan? Jadi,
tunggu apa lagi? Mulailah menabung dari sekarang dan jangan lupa untuk
mendaftar menjadi peserta rombongan dari Paket Tour Halal Eropa Barat bersama
Cheria Halal Holiday. Ayo, ceriakan liburan Anda bersama keluarga dan kerabat!
Senin, 05 Maret 2018
Jejaring Sosial Pemicu Penyakit Hati
Di
era yang serba digital ini, jejaring sosial bukanlah sesuatu yang asing. Hampir
setiap hari kita berinteraksi dengannya, seperti update status di Facebook, nge-tweet
di Twitter, upload foto di Instagram,
dan lain sebagainya. Saking intensnya, sehari saja tidak berhubungan dengan
jejaring sosial, dunia akan terasa hampa.
Pada
saat nge-sosmed, pernahkah kita sempat
merasa iri dengan teman yang ngupload
foto-foto liburan di luar negeri? Pernahkah kita membandingkan diri ketika teman
ngupdate status sudah mendapat
pekerjaan sedangkan kita masih nganggur sampai-sampai
merasa sedih? Pernahkah kita stalking akun
seseorang yang disukai? Jika ya, maka hati-hati, mungkin saja kita sudah
terjangkit penyakit hati.
Tak
dapat dipungkiri, penggunaan jejaring sosial berpotensi menimbulkan penyakit
hati. Beberapa di antaranya :
1.
Riya’
Apa itu riya’?
Menurut bahasa, riya’ berarti pamer
atau memperlihatkan. Adapun riya’ menurut istilah berarti memperlihatkan suatu ibadah dan amal saleh kepada orang lain, bukan karena Allah, dengan harapan agar dipuji orang lain.
Riya’ merupakan sifat yang tidak disukai Allah. Rasulullah
SAW. bersabda :
“Barangsiapa bersikap riya’, maka Allah akan memperlihatkan ke-riya’-annya di akhirat kelak. Barangsiapa suka memperdengarkan ibadahnya, maka Allah akan memperdengarkan perbuatannya itu kelak” (H.R. Bukhari dan Muslim).”
“Barangsiapa bersikap riya’, maka Allah akan memperlihatkan ke-riya’-annya di akhirat kelak. Barangsiapa suka memperdengarkan ibadahnya, maka Allah akan memperdengarkan perbuatannya itu kelak” (H.R. Bukhari dan Muslim).”
Kita mungkin pernah melihat foto-foto liburan yang diunggah teman-teman. Kita juga mungkin pernah membaca status yang kurang lebih seperti ini “Alhamdulillah, sudah tiga rakaat-an”. Apakah mereka dapat dicap sebagai orang-orang yang riya’ walau dalam konteks bahasa sudah termasuk riya’? Wallahu a’lam. Yang jelas, ketika mereka memang berniat untuk pamer, hal tersebut sudah termasuk riya'
2. Iri
Iri adalah suatu sifat yang tidak senang atas rezeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan berusaha untuk menyainginya. Contohnya seperti yang telah disinggung sebelumnya, ketika kita melihat foto-foto teman liburan di luar negeri. Kita mungkin merasa iri. Kenapa dia bisa ke sana sedangkan kita nggak?
Lalu kita pun berusaha agar bisa ke luar negeri demi menyaingi teman tersebut.
Iri termasuk sifat tercela yang dapat
merusak amal. Allah SWT. telah mengingatkan kita dalam firman-Nya yang berarti
:
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang
dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi
laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun)
ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. An-Nisaa’: 32).
Iri hati juga berpotensi menimbulkan
depresi. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh tim peneliti di University of
Missouri-Columbia School, pengguna jejaring sosial, dalam hal ini Facebook,
yang melihat bagaimana kualitas kehidupan teman-teman mereka melalui postingan
tentang liburan mahal, rumah atau mobil baru, dan hubungan percintaan yang
bahagia, rentan untuk merasa iri. Tim peneliti mengatakan bahwa perasaan ini dapat
mengakibatkan pengguna tersebut mengalami gejala depresi, bahkan kemungkinan mengalami
depresi berat.
3.
Kepo
Istilah
kepo belakangan ini makin akrab di
telinga kita. Kepo banyak digunakan
oleh anak muda ketika bercakap satu sama lain. Kepo sendiri merupakan akronim dari Knowing Every Particular Object yang artinya kurang lebih “ingin
tahu sesuatu secara mendetail”.
Namun,
kepo cenderung memiliki konotasi yang
agak negatif. Hal yang ingin diketahui secara mendetail bukanlah ilmu, tetapi
kebanyakan mengenai urusan orang lain. Terlebih dengan adanya jejaring sosial,
aksi ngepoin lebih mudah untuk
dilakukan.
Contoh sederhana dari kepo adalah ketika kita ingin mengetahui lebih jauh tentang seseorang yang disukai. Jika kita tahu apa nama akun Facebook atau Twitter si dia dan terlebih lagi berteman dengannya, tinggal buka profil dan scroll dari atas sampai bawah, semua informasi yang dibutuhkan tersedia dengan catatan si dia juga aktif di jejaring sosial tersebut.
Nah, bagaimana kalau tidak aktif nge-sosmed? Jika tingkat obsesi ke orang tersebut tinggi, maka tingkat kepo¬-nya pasti tinggi juga. Mungkin kita akan melakukan investigasi tersendiri sampai-sampai menjadi penguntit atau stalker ala intel FBI.
Hal seperti di atas dilarang dalam Islam. Mengapa? Kepo cenderung membuat kita berprasangka kepada orang lain. Kita mungkin akan menduga orang tersebut begini dan begitu berdasarkan informasi yang diperoleh. Padahal, hukum prasangka telah dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 12 yang artinya sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al Hujurat : 12).
Nah, bagaimana kalau tidak aktif nge-sosmed? Jika tingkat obsesi ke orang tersebut tinggi, maka tingkat kepo¬-nya pasti tinggi juga. Mungkin kita akan melakukan investigasi tersendiri sampai-sampai menjadi penguntit atau stalker ala intel FBI.
Hal seperti di atas dilarang dalam Islam. Mengapa? Kepo cenderung membuat kita berprasangka kepada orang lain. Kita mungkin akan menduga orang tersebut begini dan begitu berdasarkan informasi yang diperoleh. Padahal, hukum prasangka telah dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 12 yang artinya sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al Hujurat : 12).
Berdasarkan pemaparan tentang tiga penyakit hati di
atas, dapat kita lihat bagaimana penggunaan jejaring sosial menyerang hati
secara diam-diam. Sekilas kita memang tidak sadar telah terjangkit penyakit
hati yang kadang-kadang sulit dideteksi, terutama ketika memakai jejaring
sosial.
Jadi, bagaimana solusi yang tepat untuk menghindari
tiga penyakit tersebut? Pertama, gunakan jejaring sosial ketika ada keperluan
saja, seperti menghubungi teman atau meng-update informasi yang penting.
Kedua, tanamkan di pikiran bahwa semua yang ada di jejaring sosial tidak
menutup kemungkinan hanyalah kamuflase belaka. Tidak semua yang diunggah di
jejaring sosial sesuai dengan kenyataannya. Dan yang ketiga, janganlah lupa
untuk berdoa kepada Allah SWT. agar selalu dilindungi dari penyakit yang lebih
bahaya daripada penyakit fisik ini.
Senin, 26 Februari 2018
Dua Anak (Belum) Cukup
Di era milenium ketiga saat ini, program
Keluarga Berencana (KB) makin gencar disosialisasikan oleh pemerintah. Apa itu
program KB? Menurut situs Wikipedia,
Keluarga Berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Eits, kelahiran kok dibatasi? Apakah kalau memiliki banyak anak akan mengundang banyak masalah?
Mari kita bahas dari dua perspektif yang berbeda.
Untuk golongan yang pro, program KB dianggap
sangat membantu. Program yang berlandaskan pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1992
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera ini memiliki
banyak manfaat, di antaranya ditinjau dari segi kesehatan ibu dan ekonomi
keluarga. Si ibu akan terlindungi dari kanker
uterus dan ovarium dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi serta menurunkan angka
kematian maternal dengan adanya perencanaan kehamilan yang aman, sehat, dan
diinginkan. Selain itu, Program KB juga membantu perencanaan kehidupan
berkeluarga yang baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas yang
memiliki generasi handal untuk melanjutkan pembangunan.
Iklan-iklan KB memiliki jargon andalan, yaitu
“Dua Anak Cukup”. Logo KB pun menggambarkan hal yang sama. Bagi pasangan yang memang
merencanakan ingin memiliki dua anak, haruslah disertai dengan niat yang baik, seperti
mengatur jarak di antara dua
kelahiran dan menjaga keselamatan jiwa, kesehatan, maupun pendidikan anak-anak.
Jangan karena takut miskin, takut pekerjaan terganggu, atau takut tidak bisa
mendidik anak-anak maka program KB dijadikan jalan keluar. Anak termasuk rezeki
juga, kan?
Karena
anak termasuk rezeki, maka ada istilah “banyak anak, banyak rezeki”. Istilah inilah
yang menjadi jargon bagi golongan yang kontra dengan program KB. Mereka
menganggap program KB yang bertujuan membatasi kelahiran sama saja dengan
membatasi rezeki. Golongan yang kontra ini merujuk dari segi agama.
Menurut Q.S. Al-Isra' ayat 31, Allah SWT. mengharamkan membunuh anak-anak
karena takut miskin dan rejeki sudah dijamin ada pada tiap-tiap anak dan orang
tua. Selain itu, Rasulullah SAW. sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki
keturunan yang sangat banyak, tentunya bukan asal banyak melainkan berkualitas.
Salah
satu tokoh yang kontra dengan program KB adalah Presiden Turki, Recep Tayyip
Erdogan. Beliau mengatakan bahwa satu atau dua anak tidaklah cukup. Untuk membuat suatu bangsa lebih kuat, diperlukan
populasi yang lebih dinamis dan lebih muda. Program KB dinilainya merupakan
suatu pengkhianatan, di mana kontrasepsi beresiko menyebabkan seluruh generasi
mengering. Satu kutipan menarik yang dilontarkan beliau adalah “Satu (anak)
berarti kesepian, dua sarana persaingan, tiga keseimbangan, dan empat berarti
kelimpahan. Dan Allah mengurus sisanya.” Selain itu, Erdogan juga menegaskan
bahwa dengan diberhentikannya program KB dapat menunjang jumlah penduduk Turki
yang bisa mengangkat Turki ke peradaban modern.
Memang,
banyaknya jumlah penduduk dapat meningkatkan kualitas suatu bangsa. Lihat saja
negara Tiongkok. Mereka tersebar di seluruh dunia dan negara-negara yang ada
penduduk Tiongkok-nya pasti memiliki Kampung Tiongkok atau China Town. Begitu pula dengan produk-produk yang beredar di
pasaran. Pasti ada yang bertuliskan “Made in China”. Jangan heran kalau sekarang
Tiongkok sudah dianggap menjadi bagian dari kekuatan Asia di mata dunia.
Berdasarkan
pemaparan dua sudut pandang di atas, dapat disimpulkan bahwa baik golongan yang pro dan
kontra masing-masing memiliki landasan untuk mendukung pendapatnya. Kita dapat
menentukan mana yang terbaik bagi diri kita sendiri dan janganlah terlalu kaku
terhadap pendapat satu golongan saja. Misalkan, ketika merasa
dua anak sudah cukup dan program KB pun dilakukan.
Tiba-tiba si ibu menunjukkan tanda-tanda kehamilan, seperti mual. Anggap saja
itu rezeki tambahan kalau tidak mau dibilang rezeki “yang tak diinginkan”. Kita juga tidak mungkin akan menolaknya, kan? Oleh
karena itu, dua anak belum cukup jika kalimat “dua anak tidak cukup” terlalu kaku untuk digunakan.
Bagi para calon orang tua, hendaknya
perihal mengenai perencanaan anak ini dapat dipertimbangkan sematang mungkin agar
kelak generasi yang dilahirkan dapat berpartisipasi terhadap pembangunan negara.
Adapun bagi yang sudah menjadi orang tua, entah memiliki satu-dua
anak atau lebih, sangat disarankan untuk memberikan bekal berupa pendidikan moral
yang baik dan doa untuk anak-anaknya agar dapat berperan dalam peningkatan kualitas bangsa.
Minggu, 18 Februari 2018
Treatments of Hearts and Minds for Better World
In this era, there are many cases belong to the poor understanding of peace. For example, people around the world can see how Israeli soldiers keep beating Palestinian civilians because of land problems. Also ISIS or the Islamic State of Iraq and Syria spread their wings by killed many people who didn’t agree with ISIS belief. Those case showed that there are people in this world who still can’t respect the peace and make others being rest in peace.
However, each person should treats their hearts and minds to avoid situation like that. The first step can starts from the nearest environment, like family or neighbourhood. In family, each person can make good relation with other relatives by respect their opinion and be grateful to have them as family. The second one is in school or work environment. Those environment are susceptive to bullying. Bullying should not exist because it can makes someone being depress and desperate. There are many cases of bullying that made some victims commit suicide to end their life. Also junior-senior system in college. Senior students tend to make absurd rules for their junior as honour for the senior. The rules can affect the mental of junior to be “slave” than respect to their senior. This system also should not exist because it is same with the slavery in past era. Each person has the same right to live their life by their own way. Last but not least, religious people should make good connection with their God because the hearts and minds are belong to Him.
Three steps above are just suggestions to prohibit people from destroy the environment. This world is not belongs to the certain people. God created it for anyone or His slaves. So, by treat the hearts and minds, there will be no war in this moment again and peace can be everlasting.
Minggu, 11 Februari 2018
Jilbabku, Pengubahku
Masa sekolah adalah masa yang
paling membahagiakan dalam hidup. Masa sekolah adalah masa di mana pekerjaan
yang ditahu hanya belajar dan bermain. Tidak ada keharusan untuk bekerja, walau
hal ini tidak berlaku bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Masa sekolah yang paling membahagiakan buatku adalah ketika duduk di
bangku SMP. Ketawa-ketiwi tidak jelas dengan teman-teman tiap hari, pulang
sekolah sambil gila-gilaan neriakin orang sepanjang jalan, dan lain sebagainya
yang dilakukan oleh para ababil (ABG labil). Bisa disimpulkan saya termasuk
golongan ababil pada masa itu. Untunglah kelabilan saya dan teman-teman tidak
sampai mengikis norma kesusilaan seperti yang dilakukan oleh para ababil saat
ini.
Saya belum berjilbab pada saat itu. Pengetahuan tentang wajibnya
berjilbab juga belum memadai. Walau teman-teman sekelas sudah ada yang
berjilbab, namun mereka belum menjadi jilbabers permanen. Sering buka pasang
ketika kegerahan di dalam kelas tanpa mempedulikan lawan jenis yang masih
bercokol di ruangan. Alhasil, saya menyimpulkan bahwa jilbab hanyalah sekedar
topi penutup rambut yang dapat dibuka kapan saja.
Lambat laun, pandangan tersebut berubah. Berbekal pelajaran Agama Islam
dan seringnya mengikuti acara keagamaan di sekolah, saya mulai menghormati
teman-teman saya yang non-jilbabers permanen. Setidaknya, mereka satu tingkat
ketaatannya di atas saya yang masih membiarkan aurat terlihat di mana-mana.
Mungkin pengaruh belum berjilbab juga yang membuat saya menjadi ababil.
Sejak saat itu, saya meniatkan diri untuk berjilbab selepas SMP.
Alhamdulillah, niat itu terealisasi setelah MOS di SMA selesai. Kelabilan
semasa SMP perlahan-lahan mulai menghilang. Mungkin karena faktor usia juga
yang sudah boleh dikatakan menuju ke usia dewasa. Di SMA inilah saya mulai
mempelajari lebih jauh tentang apa itu jilbab.
Alhamdulillah, pengetahuan mengenai jilbab sudah ada sedikit demi
sedikit. Saya menjadi jilbaber permanen di luar rumah. Begitu pula di dalam
rumah ketika ada teman-teman yang datang untuk belajar kelompok, walau jilbab
yang saya pakai kebanyakan masih di luar syar’i (jilbab sampai di leher).
Hingga ketika saya kuliah dan mengikuti tarbiyah, saya mulai mengetahui
konsep mengenai jilbab syar’i. Selama ini yang saya tutupi hanya sebatas bagian
atas. Adapun bagian ke bawah belum tertutupi, dalam artian secara syar’i.
Sebelum tarbiyah, saya sudah menggunakan jilbab yang agak panjang menutupi
dada, tapi masih menggunakan baju yang sedikit ketat dan celana jeans.
Alhamdulillah, setelah sering mengikuti tarbiyah perlahan-lahan saya
mulai mengubah cara dalam berpenampilan dan berhias. Mengurangi pemakaian baju
yang ketat, lebih sering menggunakan rok, dan tidak memakai parfum secara
berlebihan. Dari segi perilaku alhamdulillah juga sudah bertambah kalem dan
menjaga jarak dengan lawan jenis, walaupun masih sering bercanda berlebihan
dengan yang bukan mahram.
Sampai detik ini, saya masih dalam proses berjilbab syar’i. In syaa Allah dapat diterapkan secara total ke depannya. Jilbabku telah menjadi
pengubahku, dari yang ababil (ABG labil) menjadi akabil (akhwat stabil) ☺
Minggu, 04 Februari 2018
Peneliti untuk Negeri
Indonesia adalah nama suatu negara yang terletak di Asia Tenggara. Negara ini berada di antara Benua Asia dan Benua Australia serta diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.508 pulau. Letak Indonesia yang berada di persilangan benua dan samudera yang sangat strategis menyebabkan banyak orang-orang dari penjuru dunia mengunjungi negara yang menempati peringkat ke-empat penduduk terbanyak di dunia1.
Selain posisi yang sangat strategis, Indonesia banyak dikunjungi karena keindahan alam dan budayanya. Tiap-tiap daerah yang ada di Indonesia memiliki ciri khas alam dan budaya tersendiri. Tidaklah mengherankan apabila orang-orang yang pernah mengunjungi Indonesia kembali lagi karena begitu banyaknya keindahan alam dan budaya yang belum sempat tereksplorasi oleh mata yang haus akan keindahan.
Selain posisi yang sangat strategis, Indonesia banyak dikunjungi karena keindahan alam dan budayanya. Tiap-tiap daerah yang ada di Indonesia memiliki ciri khas alam dan budaya tersendiri. Tidaklah mengherankan apabila orang-orang yang pernah mengunjungi Indonesia kembali lagi karena begitu banyaknya keindahan alam dan budaya yang belum sempat tereksplorasi oleh mata yang haus akan keindahan.
Begitu banyak karunia yang dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada negeri kita yang tercinta ini. Sayang, tidak semua karunia yang diberikan itu disyukuri dan dimanfaatkan sebaik mungkin. Walaupun memiliki sumber daya alam yang melimpah, Indonesia kekurangan sumber daya manusia yang mampu mengolah sehingga banyak sumber daya alam yang terbiarkan begitu saja menunggu eksploitasi dari pihak asing yang ingin meraup untung di tanah surga ini.
Kekurangan sumber daya manusia bukan dari segi kuantitas, melainkan dari segi kualitas. Kekurangan ini disebabkan oleh kecenderungan warga negara Indonesia hijrah ke luar negeri untuk berkarier dan akhirnya menetap di sana dikarenakan kesejahteraan hidup lebih terjamin dibandingkan berkarier di negeri sendiri. Sebagai contoh, gaji seorang guru SMA di luar negeri sebanding dengan gaji seorang dosen di negara ini, bahkan ada yang lebih. Selain itu, faktor sarana dan prasarana yang kurang menjadi hambatan untuk mencapai kualitas SDM yang baik.
Akibat yang ditimbulkan dari fenomena di atas adalah Indonesia kewalahan untuk mengolah sumber daya alamnya sendiri yang begitu melimpah ruah sehingga mau tidak mau harus “minta tolong” kepada pihak asing. Indonesia “kehilangan” orang-orang pintarnya, termasuk di antaranya adalah para peneliti. Berdasarkan data LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), jumlah peneliti yang terdaftar di Indonesia saat ini hanya 8.000 orang dan yang masih berada di perguruan tinggi sekitar 16.000 orang. Jika dijumlah, total peneliti Indonesia hanya 24.000 orang atau 100 peneliti per satu juta penduduk. Jumlah itu sangat sedikit apabila dibandingkan dengan negara maju yang rata-rata memiliki 1.000 peneliti per sejuta penduduk. Bahkan, di Belarus saja, suatu negara kecil di Eropa, memiliki 3.600 peneliti per sejuta penduduk. Seharusnya, Indonesia memiliki 200.000 peneliti per sejuta penduduk jika dihitung dari data tersebut2. Jumlah yang wajar mengingat Indonesia adalah negara yang memiliki banyak penduduk. Bisa dibayangkan jika kuota tersebut terpenuhi, Indonesia akan menjadi salah satu negara yang maju.
Walaupun ada yang “melupakan”, ada pula yang “mengingat”. Para WNI yang menuntut ilmu di luar negeri dan berhasil menjadi orang yang sukses kembali ke tanah air untuk mengabdikan diri. Mereka mengaplikasikan ilmu yang didapatnya tanpa tergiur dengan gaji besar yang ditawarkan pihak luar untuk bekerja di sana.
Dengan kembalinya orang-orang tersebut ke tanah air, sedikit demi sedikit Indonesia meniti langkah untuk menjadi negara yang maju. Hal tersebut merupakan salah satu kontribusi yang dapat diberikan untuk bangsa. Selain itu, dengan berprestasi di kancah seni, olahraga, akademik, maupun bidang-bidang yang lain juga termasuk kontribusi-kontribusi yang mengharumkan nama negeri ini. Masih ada kontribusi-kontribusi lain yang dapat diberikan selain yang telah disebutkan.
Sebagai mahasiswa yang belum berbuat apa-apa bagi negeri ini, kita dapat memberikan kontribusi yang sederhana dengan membudayakan belajar, baca, dan tulis. Dengan membudayakan belajar, baca, dan tulis, akan banyak penduduk Indonesia yang tertarik ingin menjadi peneliti. Selain itu, akan lahir pula ide-ide cemerlang yang dapat diaplikasikan untuk kemaslahatan bangsa ke depannya. Aspek kognitif, dalam hal ini baca dan tulis, juga perlu dipadu padankan dengan aspek afektif dan psikomotorik agar dapat sukses3. Sukses dalam hal ini adalah dapat memberikan kontribusi yang nyata untuk bangsa. Dan dengan demikian, Indonesia dapat mewujudkan mimpinya untuk menjadi negara yang maju, salah satunya melalui tangan para peneliti.
Daftar Pustaka :
1. Wikipedia. 2013. Indonesia. http://en.wikipedia.org/wiki/Indonesia. Diakses pada tanggal 16 September 2013, pukul 20.20 WITA.
2. Chandrataruna, Muhammad, dan Tommy Adi Wibowo. 2013. LIPI Bidik 250 Peneliti Baru di Indonesia. http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/439300-lipi-bidik-250-peneliti baru-di-indonesia. Diakses pada tanggal 16 September 2013, pukul 20.14 WITA.
3. Ahmad Zain. 2011. Kesuksesan. http://www.ahmadzain.com/read/penulis/131/kesuksesan/. Diakses pada tanggal 18 September 2013, pukul 18:40 WITA.
Senin, 22 Januari 2018
Revitalisasi Budaya Siri’ dan Pesse/Pacce Masyarakat Bugis-Makassar melalui Organisasi Kepemudaan Lokal sebagai Upaya Penguatan Karakter Kepemimpinan
Abstrak
Budaya siri‘ dan pesse/pacce adalah salah satu pandangan atau falsafah hidup yang mencerminkan identitas masyarakat Bugis-Makassar. Konsep budaya ini mengandung makna memiliki rasa malu (harga diri) dan rasa kebersamaan yang tinggi (solidaritas). Budaya siri’ dan pesse/pacce sangat penting untuk dihidupkan kembali oleh generasi muda. Hal ini disebabkan oleh maraknya fenomena kekerasan antar kelompok atau organisasi pemuda, khususnya di Sulawesi Selatan yang berasal dari suku Bugis atau Makassar. Konflik antar-pemuda dipicu oleh beberapa hal, di antaranya adalah kurangnya rasa malu dan pemahaman yang salah mengenai rasa kebersamaan dalam kelompok yang diikuti. Oleh karena itu, salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan guna mengatasi hal tersebut adalah dengan melibatkan organisasi kepemudaan lokal yang berkekuatan dinamis dalam perevitalisasian budaya siri‘ dan pesse/pacce. Kegiatan-kegiatan kepemudaan yang dilaksanakan oleh organisasi kepemudaan lokal ini berbasis socio-culture atau sosial-budaya yang menekankan penerapan budaya siri‘ dan pesse/pacce di lingkup sosial. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan akan melibatkan setiap lapisan dan golongan masyarakat yang diselenggarakan secara inovatif dan kreatif. Generasi muda yang dapat memahami dan mengaplikasikan kearifan lokal inilah yang akan sangat dibutuhkan eksistensinya di tengah masyarakat sehingga dapat memberikan kontribusi positif sekaligus sebagai agent of change. Selain itu, budaya siri‘ dan pesse/pacce secara tidak langsung juga akan memberi pengaruh positif terhadap karakter dari generasi muda itu sendiri, dalam hal ini karakter kepemimpinan yang sangat perlu dipupuk sejak dini. Dengan demikian, perevitalisasian budaya siri‘ dan pesse/pacce melalui organisasi kepemudaan lokal diharapkan dapat menghasilkan generasi muda Bugis-Makassar yang memiliki karakter kepemimpinan kuat dan berjiwa unggul untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di masa yang akan datang.
Kata Kunci : Kepemimpinan, Pemuda, Pesse/Pacce, Siri‘, Revitalisasi
Senin, 15 Januari 2018
Guruku, Penyemangatku
Delapan tahun lebih yang lalu, tepatnya pada bulan Juli tahun 2009, aku berubah status dari murid SMP menjadi murid SMA. Hari-hari pertama menyandang status baru ku gunakan untuk mengikuti MOS (Masa Orientasi Siswa). MOS kala itu sangatlah berkesan. Tidak ada yang namanya kekerasan. Pengenalan mengenai lingkungan sekolah, para senior dengan prestasinya masing-masing, dan guru-guru juga tidak membosankan karena diselingi dengan beberapa games yang menarik.
Saat sesi pengenalan para guru, aku penasaran sekali ingin mengetahui sosok guru yang mengajar fisika, sebab aku menyukai pelajaran itu sejak SMP. Aku tidak menyangka bahwa guru yang sedang memberikan sambutan adalah guru fisika. Sontak aku menjadi sedikit kaget. Salah seorang teman bergurau dengan berkata “Gurumu itu nanti, Dian” yang aku tangkap sebagai “doa” agar beliau menjadi guru panutanku. Aku hanya cengengesan mendengarnya.
Nama guru tersebut adalah Mahludin. Beliau berperawakan sedang dengan wajah yang agak datar. Pak Mahludin mengajar kelas dua dan kelas tiga. Rumor dari para kakak kelas yang ku dengar jika Pak Mahludin itu galak dan harus on-time. Suasana di kelas menjadi tegang kalau beliau mengajar. Sebenarnya, aku lebih menyukai guru dengan karakter seperti itu. Murid-murid akan menjadi disiplin dalam belajar. Alhasil, rumor tersebut tidak terlalu ku hiraukan.
Setelah mengikuti MOS, aku “resmi” menjadi murid kelas 1 SMA. Kemudian, aku mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, yaitu kelas persiapan Olimpiade Sains Nasional (OSN). Tentu saja bidang yang aku pilih adalah fisika. Aku tertantang untuk mewakili sekolah baruku ini karena ketika SMP aku pernah mewakili sekolah hingga ke tingkat provinsi.
Di sini lah pertemuan pertamaku dengan Pak Mahludin di dalam kelas. Beliau ternyata juga pembimbing OSN Fisika. Mungkin karena memikirkan rumor dari kakak kelas, aku menangkap kesan yang menegangkan saat berada di kelas. Seiring berjalannya waktu, aku menjadi santai diajar beliau karena cara mengajarnya yang membuat materi mudah dipahami. Belajar fisika pun menjadi semakin menyenangkan bagiku.
Alhamdulillah, aku mewakili sekolah ke tingkat kota setelah setahun mengikuti bimbingan. Walaupun tidak masuk tiga besar untuk mewakili provinsi, Pak Mahludin memuji aku dan kawan-kawan seperjuangan karena berhasil mewakili sekolah. Beliau berkata “semangat” dengan intonasi yang agak unik. Alhasil, perkataan beliau ini sering ku jadikan guyonan ketika kawan-kawan sedang malas belajar.
Aku kembali mengikuti bimbingan di tahun keduaku. Aku bertekad harus bisa lolos hingga ke tingkat nasional. Pak Mahludin juga makin menggenjot aku dan kawan-kawan seperjuangan di dalam kelas. Selain itu, beliau mengikutkan kami dalam lomba cerdas cermat fisika dan lomba karya tulis ilmiah. Tujuannya agar kami lebih intensif dalam belajar. Tak lupa pula beliau selalu mengingatkan untuk rajin shalat dan puasa rutin Senin-Kamis.
Aku dan kawan-kawan kembali mewakili sekolah ke OSN tingkat kota. Tahun kedua ini agak berbeda karena kami tidak hanya mengikuti satu lomba. Pada ajang cerdas cermat fisika, kami berhasil menjadi juara I. Pak Mahludin makin bangga ketika kawan-kawan kemudian mendapati nama mereka sebagai peserta OSN tingkat provinsi. Beliau pun berkata bahwa doa-doanya terjawab.
Aku pun senang mendengar kabar bahwa mereka lolos OSN tingkat kota, tapi aku sempat kecewa karena tidak lolos. Pak Mahludin kemudian menghibur diriku. Aku dipanggil ke ruangannya dan beliau memberi kabar bahwa karya tulis ilmiah kami diterima untuk dipresentasikan. Beliau berkata bahwa ini gantinya rezekiku karena tidak lolos OSN tingkat kota. Aku yang menjadi ketua tim sontak terharu. Aku pun sadar bahwa rezeki tiap orang berbeda. Seketika aku tidak kecewa lagi.
Aku memfokuskan pikiran ke lomba karya tulis ilmiah. Walaupun aku yang lebih banyak bekerja, tapi aku memaklumi kawan-kawan seperjuangan yang juga harus fokus ke OSN. Merekalah harapannya Pak Mahludin. Aku turut menyemangati mereka agar lebih giat belajar dan mereka juga membantuku untuk mempersiapkan presentasi.
Aku dan kawan-kawan mendapat juara III. Sebenarnya, Pak Mahludin menginginkan kami menjadi juara I, tapi beliau sempat bergurau kalau kami ini hanya beruntung saja. Beliau menganggap kami pantas mendapat juara IV karena penampilan kami saat presentasi. Aku akui bahwa kami memang belum terlalu siap karena pengumuman yang diberikan hanya berselang beberapa hari sebelum perlombaan. Selain itu, inilah pengalaman pertamaku presentasi di luar sekolah. Walaupun begitu, aku tetap bersyukur dengan pengalaman pertama yang membuahkan piala.
Beberapa minggu kemudian, nama-nama peserta OSN tingkat nasional telah diumumkan. Kawan-kawanku mendapat kabar yang cukup mengecewakan. Mereka tidak lolos ke tingkat nasional. Alhasil, tidak ada satu pun perwakilan dari sekolah untuk bidang fisika. Pak Mahludin kemudian berkata jika ini bukan rezeki mereka. Mau tak mau mereka berusaha untuk ikhlas. Toh, mereka dan aku berhasil mendapat juara di lomba-lomba yang lain.
Pada tahun ketiga, aku tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler apapun. Guru-guru juga tidak membolehkan para murid kelas III untuk mengikuti bimbingan OSN karena harus fokus ke Ujian Nasional (UN). Akan tetapi, Pak Mahludin menawarkan aku dan kawan-kawan untuk kembali berlomba cerdas cermat fisika. Beliau berkata bahwa materi yang dilombakan tidak jauh dari materi UN. Sambil menyelam minum air. Aku dan kawan-kawan menyetujui penawaran beliau.
Pak Mahludin kemudian membentuk dua tim. Aku berada di tim B dan kawan-kawan berada di tim A. Beliau berharap aku bisa membawa pulang piala juara II dan kawan-kawan mempertahankan piala juara I sekaligus piala bergilir. Kali ini, aku merasa bahwa tanggung jawabku besar karena sebelumnya aku dan kawan-kawan berada dalam satu tim.
Timku mendapat giliran pertama di babak penyisihan. Pak Mahludin berkata bahwa calon-calon lawanku nanti cukup berat dan timku pantas bertemu mereka di babak final. Aku menjadi deg-degan. Apakah timku berhasil lolos? Kalau tidak, aku pasti mengecewakan beliau karena tidak sesuai harapan. Aku menjadi sedikit terganggu dengan pikiran-pikiran ini.
Lantas, aku menunaikan sholat tahajud. Aku berdoa memohon bantuan-Nya. Kala itu, aku merasa yakin doaku akan dikabulkan. Aku tidak mendapat firasat kalau aku gagal. Perasaanku pun menjadi tenang.
Hari perlombaan telah tiba. Aku berkali-kali meyakinkan diri dan rekan-rekan setim kalau tim B bisa lolos ke babak berikutnya. Pak Mahludin juga menyemangati timku dengan intonasi khasnya. Suntikan keyakinan dan semangat membuat timku mantap menghadapi lawan-lawan di babak awal ini. Aku mengucap bismillah sebelum berlomba.
Tim B berhasil menjadi juara grup dan lolos ke babak semifinal. Aku sangat bersyukur karena bisa mengalahkan lawan-lawanku dan tentu saja memenuhi ekspektasi Pak Mahludin. Beliau kemudian menyelamati tim B dengan raut wajah sumringah. Aku menjadi makin optimis untuk berlomba di babak berikutnya.
Tim A mengikuti jejak timku. Kedua tim bertemu di babak semifinal. Kami bernegosiasi terlebih dahulu untuk bermain cantik agar bisa bertemu lagi di final. Otomatis, tim kami harus menjadi juara dan runner-up grup. Di sinilah kekompakan kami diuji. Alhamdulillah, strategi berjalan dengan lancar. Tim A dan timku masing-masing mendapat juara I dan juara II.
Akhirnya, babak final ada di depan mata. Kekompakan kedua tim pun diuji sekali lagi. Namun, tim B membuat banyak kesalahan sehingga skor kami tertinggal jauh dari skor tim A. Aku kehilangan harapan. Rekan setimku lalu mengusulkan agar tim B menjadi umpan karena skor kami sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengejar ketertinggalan. Aku setuju. Tim B pun menjawab banyak pertanyaan di sesi rebutan walaupun salah. Kami mencegah tim-tim lain untuk menambah skor dan menjaga tim A berada di posisi pertama.
Pengorbanan itu membuahkan hasil. Tim A menjadi juara lomba cerdas cermat fisika dan mempertahankan piala bergilir. Sementara itu, timku mendapat juara harapan I. Pak Mahludin cukup bangga dengan apa yang kami raih dan beliau berkata bahwa tim B telah melakukan yang terbaik. Setidaknya, salah satu tim berhasil menjadi pemenang. Tim A pun mengucapkan terima kasih kepada tim B. Aku benar-benar terharu saat itu.
Perlombaan telah usai. Aku dan kawan-kawan kembali fokus untuk menghadapi UN. Pak Mahludin menyemangati kami dan berharap agar salah satu di antara kami bisa mendapat nilai UN Fisika tertinggi. Walaupun kenyataannya tidak tertinggi tingkat kota, tapi nilai UN kami tertinggi tingkat sekolah.
Itulah sekelumit cerita mengenai pengalamanku dengan Pak Mahludin, sosok yang menyemangati dan menginspirasi aku agar terus berprestasi selama di SMA. Sejak cerita ini dituliskan, aku menjadi rindu pada beliau. Terima kasih untuk segalanya, Pak Mahludin.
Setelah mengikuti MOS, aku “resmi” menjadi murid kelas 1 SMA. Kemudian, aku mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, yaitu kelas persiapan Olimpiade Sains Nasional (OSN). Tentu saja bidang yang aku pilih adalah fisika. Aku tertantang untuk mewakili sekolah baruku ini karena ketika SMP aku pernah mewakili sekolah hingga ke tingkat provinsi.
Di sini lah pertemuan pertamaku dengan Pak Mahludin di dalam kelas. Beliau ternyata juga pembimbing OSN Fisika. Mungkin karena memikirkan rumor dari kakak kelas, aku menangkap kesan yang menegangkan saat berada di kelas. Seiring berjalannya waktu, aku menjadi santai diajar beliau karena cara mengajarnya yang membuat materi mudah dipahami. Belajar fisika pun menjadi semakin menyenangkan bagiku.
Alhamdulillah, aku mewakili sekolah ke tingkat kota setelah setahun mengikuti bimbingan. Walaupun tidak masuk tiga besar untuk mewakili provinsi, Pak Mahludin memuji aku dan kawan-kawan seperjuangan karena berhasil mewakili sekolah. Beliau berkata “semangat” dengan intonasi yang agak unik. Alhasil, perkataan beliau ini sering ku jadikan guyonan ketika kawan-kawan sedang malas belajar.
Aku kembali mengikuti bimbingan di tahun keduaku. Aku bertekad harus bisa lolos hingga ke tingkat nasional. Pak Mahludin juga makin menggenjot aku dan kawan-kawan seperjuangan di dalam kelas. Selain itu, beliau mengikutkan kami dalam lomba cerdas cermat fisika dan lomba karya tulis ilmiah. Tujuannya agar kami lebih intensif dalam belajar. Tak lupa pula beliau selalu mengingatkan untuk rajin shalat dan puasa rutin Senin-Kamis.
Aku dan kawan-kawan kembali mewakili sekolah ke OSN tingkat kota. Tahun kedua ini agak berbeda karena kami tidak hanya mengikuti satu lomba. Pada ajang cerdas cermat fisika, kami berhasil menjadi juara I. Pak Mahludin makin bangga ketika kawan-kawan kemudian mendapati nama mereka sebagai peserta OSN tingkat provinsi. Beliau pun berkata bahwa doa-doanya terjawab.
Aku pun senang mendengar kabar bahwa mereka lolos OSN tingkat kota, tapi aku sempat kecewa karena tidak lolos. Pak Mahludin kemudian menghibur diriku. Aku dipanggil ke ruangannya dan beliau memberi kabar bahwa karya tulis ilmiah kami diterima untuk dipresentasikan. Beliau berkata bahwa ini gantinya rezekiku karena tidak lolos OSN tingkat kota. Aku yang menjadi ketua tim sontak terharu. Aku pun sadar bahwa rezeki tiap orang berbeda. Seketika aku tidak kecewa lagi.
Aku memfokuskan pikiran ke lomba karya tulis ilmiah. Walaupun aku yang lebih banyak bekerja, tapi aku memaklumi kawan-kawan seperjuangan yang juga harus fokus ke OSN. Merekalah harapannya Pak Mahludin. Aku turut menyemangati mereka agar lebih giat belajar dan mereka juga membantuku untuk mempersiapkan presentasi.
Aku dan kawan-kawan mendapat juara III. Sebenarnya, Pak Mahludin menginginkan kami menjadi juara I, tapi beliau sempat bergurau kalau kami ini hanya beruntung saja. Beliau menganggap kami pantas mendapat juara IV karena penampilan kami saat presentasi. Aku akui bahwa kami memang belum terlalu siap karena pengumuman yang diberikan hanya berselang beberapa hari sebelum perlombaan. Selain itu, inilah pengalaman pertamaku presentasi di luar sekolah. Walaupun begitu, aku tetap bersyukur dengan pengalaman pertama yang membuahkan piala.
Beberapa minggu kemudian, nama-nama peserta OSN tingkat nasional telah diumumkan. Kawan-kawanku mendapat kabar yang cukup mengecewakan. Mereka tidak lolos ke tingkat nasional. Alhasil, tidak ada satu pun perwakilan dari sekolah untuk bidang fisika. Pak Mahludin kemudian berkata jika ini bukan rezeki mereka. Mau tak mau mereka berusaha untuk ikhlas. Toh, mereka dan aku berhasil mendapat juara di lomba-lomba yang lain.
Pada tahun ketiga, aku tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler apapun. Guru-guru juga tidak membolehkan para murid kelas III untuk mengikuti bimbingan OSN karena harus fokus ke Ujian Nasional (UN). Akan tetapi, Pak Mahludin menawarkan aku dan kawan-kawan untuk kembali berlomba cerdas cermat fisika. Beliau berkata bahwa materi yang dilombakan tidak jauh dari materi UN. Sambil menyelam minum air. Aku dan kawan-kawan menyetujui penawaran beliau.
Pak Mahludin kemudian membentuk dua tim. Aku berada di tim B dan kawan-kawan berada di tim A. Beliau berharap aku bisa membawa pulang piala juara II dan kawan-kawan mempertahankan piala juara I sekaligus piala bergilir. Kali ini, aku merasa bahwa tanggung jawabku besar karena sebelumnya aku dan kawan-kawan berada dalam satu tim.
Timku mendapat giliran pertama di babak penyisihan. Pak Mahludin berkata bahwa calon-calon lawanku nanti cukup berat dan timku pantas bertemu mereka di babak final. Aku menjadi deg-degan. Apakah timku berhasil lolos? Kalau tidak, aku pasti mengecewakan beliau karena tidak sesuai harapan. Aku menjadi sedikit terganggu dengan pikiran-pikiran ini.
Lantas, aku menunaikan sholat tahajud. Aku berdoa memohon bantuan-Nya. Kala itu, aku merasa yakin doaku akan dikabulkan. Aku tidak mendapat firasat kalau aku gagal. Perasaanku pun menjadi tenang.
Hari perlombaan telah tiba. Aku berkali-kali meyakinkan diri dan rekan-rekan setim kalau tim B bisa lolos ke babak berikutnya. Pak Mahludin juga menyemangati timku dengan intonasi khasnya. Suntikan keyakinan dan semangat membuat timku mantap menghadapi lawan-lawan di babak awal ini. Aku mengucap bismillah sebelum berlomba.
Tim B berhasil menjadi juara grup dan lolos ke babak semifinal. Aku sangat bersyukur karena bisa mengalahkan lawan-lawanku dan tentu saja memenuhi ekspektasi Pak Mahludin. Beliau kemudian menyelamati tim B dengan raut wajah sumringah. Aku menjadi makin optimis untuk berlomba di babak berikutnya.
Tim A mengikuti jejak timku. Kedua tim bertemu di babak semifinal. Kami bernegosiasi terlebih dahulu untuk bermain cantik agar bisa bertemu lagi di final. Otomatis, tim kami harus menjadi juara dan runner-up grup. Di sinilah kekompakan kami diuji. Alhamdulillah, strategi berjalan dengan lancar. Tim A dan timku masing-masing mendapat juara I dan juara II.
Akhirnya, babak final ada di depan mata. Kekompakan kedua tim pun diuji sekali lagi. Namun, tim B membuat banyak kesalahan sehingga skor kami tertinggal jauh dari skor tim A. Aku kehilangan harapan. Rekan setimku lalu mengusulkan agar tim B menjadi umpan karena skor kami sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengejar ketertinggalan. Aku setuju. Tim B pun menjawab banyak pertanyaan di sesi rebutan walaupun salah. Kami mencegah tim-tim lain untuk menambah skor dan menjaga tim A berada di posisi pertama.
Pengorbanan itu membuahkan hasil. Tim A menjadi juara lomba cerdas cermat fisika dan mempertahankan piala bergilir. Sementara itu, timku mendapat juara harapan I. Pak Mahludin cukup bangga dengan apa yang kami raih dan beliau berkata bahwa tim B telah melakukan yang terbaik. Setidaknya, salah satu tim berhasil menjadi pemenang. Tim A pun mengucapkan terima kasih kepada tim B. Aku benar-benar terharu saat itu.
Perlombaan telah usai. Aku dan kawan-kawan kembali fokus untuk menghadapi UN. Pak Mahludin menyemangati kami dan berharap agar salah satu di antara kami bisa mendapat nilai UN Fisika tertinggi. Walaupun kenyataannya tidak tertinggi tingkat kota, tapi nilai UN kami tertinggi tingkat sekolah.
Itulah sekelumit cerita mengenai pengalamanku dengan Pak Mahludin, sosok yang menyemangati dan menginspirasi aku agar terus berprestasi selama di SMA. Sejak cerita ini dituliskan, aku menjadi rindu pada beliau. Terima kasih untuk segalanya, Pak Mahludin.
Senin, 08 Januari 2018
Keep Calm until 100% Halal
“ Ash-shalaatu khairum minan na’uum.”
Suara azan subuh terdengar ke telinga. Aku pamit untuk menunaikan kewajiban sama Zabit, pacarku, di kala ia ingin mengutarakan sesuatu yang penting.
“ Oke, aku akan menunggumu.” balasnya.
Dia seagama denganku. Waktu di tempatnya menunjukkan pukul 23.45. Kami terpisah ribuan kilometer dan berbeda zona waktu, yaitu lima jam, sehingga mau tidak mau dia harus menunggu.
Aku pun segera bergegas untuk shalat subuh dan berdoa semoga apa yang kami harapkan selama ini dapat dikabulkan. Beberapa menit kemudian, ku membalas pesannya.
“ Aku udah selesai sholat. Apa yang kamu mau bilang?”
tanyaku.
“ Bisa kamu nelpon aku?” tanyanya balik.
“ Oke, tunggu sebentar.”
Tuut. Suara telepon berbunyi di seberang sana. Kemudian, suara lembut yang selalu aku rindukan setiap hari mengganti suara monoton tadi.
“ Oke, tunggu sebentar.”
Tuut. Suara telepon berbunyi di seberang sana. Kemudian, suara lembut yang selalu aku rindukan setiap hari mengganti suara monoton tadi.
“ Assalamu ‘alaikum.”
“ Wa’alaikum salam.” jawabku.
“ Qvna, saya sudah membicarakan semuanya kepada
orang tuaku. Mereka tidak setuju. Mereka tidak
menerimamu. Aku ingin mengakhiri hubungan ini.
Terima kasih untuk segalanya. Kita bisa bicara nanti.”
jelasnya panjang lebar.
“ Wa’alaikum salam.” jawabku.
“ Qvna, saya sudah membicarakan semuanya kepada
orang tuaku. Mereka tidak setuju. Mereka tidak
menerimamu. Aku ingin mengakhiri hubungan ini.
Terima kasih untuk segalanya. Kita bisa bicara nanti.”
jelasnya panjang lebar.
“ Oke.” tutupku singkat.
Aku benar-benar shock. Aku tak tahu harus berkata apa. Dada ini terasa begitu sesak, tapi aku tak bisa menangis. Hilang semua harapan aku pada dirinya. Apa ini jawaban atas doa hamba tadi, ya Allah? Hamba masih belum mengerti dengan semua ini.
Setelah berusaha menenangkan diri, aku menghubunginya kembali untuk menanyakan apa alasan orang tuanya tidak merestui kami. Ah, alasan klasik! Orang tuanya tidak setuju karena perbedaan suku dan latar belakang keluarga. Apakah dua hal ini memang selalu menjadi masalah bagi sepasang muda-mudi yang ingin menikah? Entahlah. Setidaknya, aku sudah mengetahui apa yang menjadi permasalahan. Aku juga sudah mengetahui ternyata dia benar-benar tidak berniat memperjuangkan hubungan ini, setelah dua kali kami sempat putus-nyambung.
Aku pun memutus segala komunikasi sama dia. Aku sudah muak dengan yang namanya pacaran. Terhitung sudah dua kali aku melakukan ini dan selalu berakhir dengan rasa sakit hati. Yang pertama tidak terlalu membekas karena hanya menjalin hubungan sekitar sebulan lebih. Ibrahim kedapatan selingkuh. Yang kedua? Aku dan Zabit berpacaran cukup lama, sekitar setahun lebih. Aku berpikir bagaimana aku bisa move on dari seseorang yang pernah ku sayangi selama itu?
Berbulan-bulan aku dirundung galau yang teramat dalam. Hal ini berdampak pada IP-ku yang menurun drastis. Aku benar-benar terpuruk. Untung aku memiliki Dian, sahabat yang selalu menasihati dan memotivasi agar bisa bangkit.
“ Tuh, kan. Apa aku bilang? Pacaran itu diharamkan
karena hanya akan menimbulkan perasaan kepada
seseorang yang belum halal dan lebih banyak membawa
kepada ke-mudharat-an. Setelah putus pun kau masih
terbayang-bayang, kan? Udah, mendingan kamu fokus
aja ke kuliah. Lihat, tuh! IP kamu turun. Jujur, aku tidak
suka melihatmu seperti ini. Mana Qvna yang dulu? Qvna
yang sekarang kelihatan begitu lemah! Ayo, buktikan
kalau kamu bisa atasi masalah ini! Your problem is not
bigger than your God!” kata-kata mutiara si Dian.
Lalu, aku bertaubat kepada Allah. Aku sangat menyesal telah mencintai seseorang melebihi cintaku pada-Nya. Aku berjanji bahwa aku tak akan berpacaran lagi. In syaa Allah, aku akan istiqamah menunggu dan menjadi single sampai menikah nantinya.
Senin, 01 Januari 2018
Opening Letter
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Dear readers,
Udah empat tahun lebih blog ini nggak terurus. Maklum, empat tahun terakhir ini adalah masa-masa tersibuk dalam hidupku, bahkan hingga detik ini. Emang sibuk apa? Hmm, kalau dirunut kembali ternyata saya nggak sibuk-sibuk amat. Saya hanya lebih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak penting, contohnya galau. What? Galau? Iya, galau akan masa depan dan jodoh :D
Anyway, saya memutuskan untuk aktif di blog kembali setelah hibernasi cukup lama, mengingat saya sempat mengikrarkan janji bahwa jika saya lulus SMA, maka saya akan urus blog ini dengan baik. Walaupun janji kepada diri sendiri, tetap harus dilunasi. Benar, nggak? Hehehe.
Setelah surat pembuka ini, saya akan ngepost hal-hal yang unik, mengharukan, dan lain sebagainya berdasarkan pengalamanku “berkarir” di bumi. Hal ini juga sekaligus sebagai sarana bagi diriku untuk muhasabah, sejauh mana diriku telah berproses. Ceileeh, bahasanya :D
So, jika readers sekalian penasaran, jangan lupa pantengin terus blogku. Siapa tau dengan membaca blog ini, ada reader yang siap melamar saya karena di sini saya akan blak-blakan dan tidak ada yang ditutup-tutupi (NGAREP MODE : ON)
Wa billahi taufik wal hidayah, wassalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Penulis
»»
Dear readers,
Udah empat tahun lebih blog ini nggak terurus. Maklum, empat tahun terakhir ini adalah masa-masa tersibuk dalam hidupku, bahkan hingga detik ini. Emang sibuk apa? Hmm, kalau dirunut kembali ternyata saya nggak sibuk-sibuk amat. Saya hanya lebih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak penting, contohnya galau. What? Galau? Iya, galau akan masa depan dan jodoh :D
Anyway, saya memutuskan untuk aktif di blog kembali setelah hibernasi cukup lama, mengingat saya sempat mengikrarkan janji bahwa jika saya lulus SMA, maka saya akan urus blog ini dengan baik. Walaupun janji kepada diri sendiri, tetap harus dilunasi. Benar, nggak? Hehehe.
Setelah surat pembuka ini, saya akan ngepost hal-hal yang unik, mengharukan, dan lain sebagainya berdasarkan pengalamanku “berkarir” di bumi. Hal ini juga sekaligus sebagai sarana bagi diriku untuk muhasabah, sejauh mana diriku telah berproses. Ceileeh, bahasanya :D
So, jika readers sekalian penasaran, jangan lupa pantengin terus blogku. Siapa tau dengan membaca blog ini, ada reader yang siap melamar saya karena di sini saya akan blak-blakan dan tidak ada yang ditutup-tutupi (NGAREP MODE : ON)
Wa billahi taufik wal hidayah, wassalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Penulis
Langganan:
Postingan (Atom)