Pada tanggal 28 September 2018, daerah Pasigala (Palu,
Sigi, dan Donggala) dilanda tiga bencana alam sekaligus, yaitu LGBT
(Likuifaksi, Gempa Bumi, dan Tsunami). Menurut data dari Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palu[1], LGBT menimbulkan
korban jiwa sebanyak 4.194 orang (2.608 meninggal dunia, 570 hilang, dan 1.016
tidak teridentifikasi) dan merusak 55.102
rumah.
Saat mengetahui kabar adanya
bencana LGBT, saya segera menghubungi keluarga di Palu. Saya sungguh khawatir,
terlebih kala itu saya berada di Malang untuk melanjutkan studi S2. Jaringan telekomunikasi yang terputus membuat saya harus
menunggu selama tiga hari untuk memastikan mereka baik-baik saja. Saya juga tidak bisa pergi ke sana karena Bandara Mutiara
Sis Al-Jufri ditutup selama 24 jam dan diprioritaskan untuk pendaratan
pesawat-pesawat pengirim bantuan. Keluarga saya lalu menuju Makassar melalui
jalur darat.
Kondisi Pascabencana
Kondisi Pascabencana
Pada akhir bulan Desember 2018, saya pergi ke Palu
setelah urusan perkuliahan selesai.
Di dalam pesawat,
saya melihat sebagian bangunan telah rata dengan tanah. Ketika mendarat, saya disambut
oleh landasan pacu yang retak, kertas bertuliskan “Pintu Kedatangan” pengganti
papan petunjuk, plafon bandara yang roboh, dan kerusakan-kerusakan lainnya. Saya tidak kuasa membayangkan bagaimana paniknya
orang-orang ketika gempa bumi berkekuatan 7,7 SR terjadi.
Kerusakan di dalam Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Palu
(Tribunnews.com)[2]
Kurang lebih seminggu kemudian, saya mengunjungi daerah Petobo
yang menjadi lokasi likuifaksi (pencairan tanah). Jalanan yang terbelah, rumah-rumah yang tenggelam, dan
pepohonan yang tumbang membuat saya beristigfar selama bernapak tilas. Bahkan, saya mendapati rumah yang ruang tamunya masih
utuh, tetapi atap dan dindingnya tidak ada.
Kondisi Petobo
setelah likuifaksi (dok. pribadi)
Selanjutnya, saya
menyambangi kawasan Pantai Talise yang diterjang tsunami.
Anjungan
Nusantara, Taman Ria, dan Jembatan Ponulele telah menjadi puing-puing kenangan. Hanya Masjid Raya Baiturrahim
saja yang masih berdiri, walau fondasi penyangganya hancur terbawa ombak.
Masjid Raya Baiturrahim (dok. pribadi)
Masjid Raya Baiturrahim (dok. pribadi)
Tindakan Lebih Lanjut
Foto-foto di atas cukup memberikan gambaran betapa
besarnya bencana yang telah terjadi di Pasigala. Kerugian-kerugian yang ditimbulkan tentunya menyisakan
trauma yang mendalam bagi para penyintas hingga hari ini. Lantas, apa saja yang
telah dilakukan oleh pemerintah, khususnya pemerintah provinsi Sulawesi Tengah,
guna rehabilitasi dan rekonstruksi setahun setelah bencana LGBT?
Melansir dari CNN Indonesia[3], pemerintah
provinsi Sulawesi Tengah masih memverifikasi data-data warga yang berhak
menerima hunian tetap (huntap) sebelum diserahkan ke pemerintah pusat.
Pemerintah provinsi Sulawesi Tengah juga masih mengharapkan bantuan dari semua pihak untuk pembangunan
huntap yang mencapai ribuan unit.
Tidak hanya itu,
pemerintah setempat mengingatkan
masyarakat terkait ancaman gempa megathrust dan tsunami puluhan
tahun mendatang[4].
Adapun sosialisasi mengenai potensi gempa yang sebenarnya terprediksi harus
digencarkan, sehingga
masyarakat tidak bermukim lagi di area rawan gempa, seperti Petobo yang berada tepat
di atas sesar Palu-Koro (sesar yang paling
aktif di Indonesia). Budaya sadar
bencana di masyarakat sendiri juga
perlu
ditingkatkan, mengingat adanya kasus pencurian buoy (pendeteksi tsunami)
yang menyebabkan peringatan dini tsunami tidak akurat[5]. Kurangnya budaya
ini jelas memberikan dampak yang fatal.
Untuk meminimalisir risiko bencana, selayaknya pemerintah
provinsi Sulawesi Tengah harus menindak keras
pelaku vandalisme di fasilitas-fasilitas pendeteksi bencana. Selain itu,
pemerintah setempat perlu menghimbau warga atau developer perumahan yang
masih bandel untuk membangun tempat tinggal di zona terlarang. Mitigasi bencana deformasi sesar di permukaan dan revisi
peta seismic hazard juga tidak kalah penting, sehingga kita dapat kenali bahayanya, kurangi risikonya.
Dengan demikian, kita akan lebih siap untuk selamat dalam
menghadapi bencana.
Referensi:
[1] Tribunnews.com,
Rekap Baru Dirampungkan, Ini Jumlah Terbaru Korban Terdampak Bencana di Kota Palu.
[2] Tribunnews.com, Kondisi Terkini Bandara Mutiara Kota Palu Pascagempa.
[3] CNN Indonesia, Pemprov Berharap Bantuan Bangun Hunian Korban Gempa Sulteng.
[4] CNN Indonesia, Pemprov Sulteng Ingatkan Potensi Megathrust di Masa Depan.